Minggu, 28 Juli 2013

Mengapa Kita Harus Bertakwa

Oleh: Tim kajian dakwah alhikmah = alhikmah.ac.id -

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ .
فَـيَـا عِـبـَادَ اللَّـه اِتَّـقـُوا اللَّـهَ حَـقَّ تـُقـَاتِـهِ وَلاَتـَمـُوْتُـنَّ اِلاَّ وَاَنـْتـُمْ مُـسْـلِمـُوْنَ.
Saudaraku…
Risalah pokok para nabi adalah bertakwa kepada Allah. Tanpa takwa, hidup manusia tidak ada artinya. Apapun harta yang ia punya, apapum kedudukan yang ia capai, semua itu hanyalah main-main ketika tidak dibarengi dengan ketakwaan kepada Allah. Karenanya Allah swt. dalam Al Qur’an selalu mengajak kepada takwa. Dalam surah Ali Imran 102, Allah swt berfirman:
”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”
Saudaraku…
Bila semua Al Qur’an diringkas, intinya adalah takwa. Maka setiap cerita tentang hari kiamat dalam Al Qur’an adalah untuk meningkatkan ketakwaan. Supaya manusia tahu bahwa dunia bukan tujuan. Melainkan tempat berbekal amal saleh menuju alam akhirat. Setiap cerita tentang para nabi, juga tujuannya takwa. Supaya manusia belajar bahwa kalau ingin menjadi manusia muttaqiin tidak ada lain kecuali ikut jejak para nabi. Perhatikan Nabi Nuh mengajak kaumnya: Nuh berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu, (yaitu) sembahlah olehmu Allah, bertaqwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku, niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui”.
Saudaraku…
Jadi bertakwa kepada Allah adalah merupakan pesan dakwah yang harus senantiasa diulang-ulang di atas mimbar. Rasulullah saw. selalu memulai pesan-pesannya dengan takwa. Imam Abu Daud, At Tirmidzi dan Ibnu Majah meriwayatkan sebuah hadits, di dalamnya diceritakan bahwa Rasulullah saw. memberikan nasihat dengan wajah yang sangat serius. Para sahabat mengira bahwa itu adalah nasihat terakhir. Banyak para sahabat yang menangis. Isi nasihatnya ternyata hanya mengajak kepada takwa: ushikum bitaqwallahi bissam’I wath thaa’ah.. (aku berpesan agar kalian bertakwa kepada Allah dengan bersungguh-sungguh mentaatinya).
Saudaraku…
Pesan takwa adalah tema yang harus senantiasa dihidupkan dalam jiwa. Sebab tidak ada lain tugas kita di dunia ini kecuali hanya menataati Allah swt. Mengapa?
(1) Sebab alam semesta yang kita tempati adalah milikNya. Maka dialah yang paling berhak diikuti aturanNya. Dan untuk itu Dia telah mengutus nabi-nabi supaya manusia tahu bagaimana cara menjalankan kewajiban kepadaNya. Jadi tidak ada alasan untuk menghidari ajaranNya.
(2) Bahwa manusia tidak Allah bekali pengetahuan kecuali sedikit. Dalam urusan dunia Allah bekalkan akal dengannya manusia bisa mengembangkan pengetahuannya. Tetapi untuk urusan kahirat akal harus tunduk kepada wahyu. Dan memang akal tidak diberi kemapuan untuk mengarang-ngarang sendiri dalam masalah cara beribadah kepada Allah. Karenanya ia harus ikut apa kata Allah dan rasulNya.
(3) Bahwa kita semua sangat tergangtung kepada nikmat-nikmatNya. Tidak ada yang kita miliki kecuali dari Allah swt. Maka alasan apa lagi untuk tidak ikut Allah. Fabiayyi aalaai rabbikuma tukadzdzibaan.
(4) Bahwa kita semua adalah milik Allah. Karenanya kita pasti kelak akan kembali lagi kepadaNya. Dan kita pasti akan dimintai pertanggungjawab atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita. Bukan hanya nikmat harta dan fasilitas kebutuhan sehari-hari. Tetapi juga nikmat anggota tubuh seperti mata, tangan dan lain sebagainya.
Allah berfirman:
”Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka. Kemudian Sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka.”
Dalam surah Yasin 65 Allah berfirman:
”Pada hari Ini kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” . (dkw)
( sumber ) 

Kenapa kita harus bertaqwa

(1)-=- Dengan Taqwa, bagaimanapun sulitnya urusan kita akan datang jalan keluarnya. -=-
Allah Ta'aala berfirman," Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar." (QS. At-Thalaq: 2)

(2) -=- Dengan sebab Taqwa pula, urusan kita menjadi mudah, -=-

sebagaimana janji Allah Ta'aala,
"Barang siapa bertaqwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya." (QS. at-Thalaq: 4)

(3)-=- Dengan sebab taqwa, kita akan bisa memilah antara yang halal dan yang haram, -=-

sebagaimana firman-Nya,"Jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan (alat pemilah)." (QS. al-Anfal: 29)

(4)-=- Dengan sebab taqwa pula, akibat yang baik akan didapatkan oleh mereka yang bertaqwa, -=-

sebagaimana berita dari Allah Ta'ala,
"Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa." (QS. al-Qashash: 83)

Lalu, apakah itu taqwa dan siapakah orang-orang yang bertaqwa?


Ali bin Abi Thalib -radhiyallahu 'anhu- berkata,"Taqwa adalah takut kepada Dzat Yang Maha Mulia, beramal dengan wahyu, merasa cukup (qana'ah) dengan yang sedikit, dan mempersiapkan diri untuk menghadapi hari akhir."

Jadi, taqwa tidak cukup diartikan dengan takut saja, akan tetapi memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Allah Ta'ala berfirman,

"[1] Alif Laam miim,
[2] Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,
[3] (yaitu) mereka kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rizki yang kami anugerahkan kepada mereka,
[4] dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.

(QS. Al Baqarah: 1-4)


Dan juga Allah Ta'ala berfirman,

"[133] Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
[134] (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
[135] Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampunan terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

(QS. Ali Imran: 133-135)


( sumber )

Janji Allah untuk Orang yang Bertaqwa

Hasil mujahadah yang tinggi, serius serta istiqamah, Allah akan kurniakan kepada kita sifat taqwa. Bermacam-macam kebaikan yang Allah janjikan dalam Al Quran kepada mereka yang memiliki sifat taqwa ini.

Ini adalah janji Allah yang pasti tepat dan pasti ditunaikan-Nya. Ia tidak terhingga nilainya yang tidak dapat diukur dengan mana-mana mata wang di dunia ini. Di antara janji-janji Allah kepada mereka yang memiliki sifat taqwa ini ialah:

1. Terpimpin

Mereka mendapat pimpinan daripada Allah. Ini jelas sekali melalui firman Allah:

Maksudnya: "Allah menjadi (Pemimpin) Pembela bagi orang-orang yang bertaqwa." (Al Jasiyah: 19)

2. Terlepas dari kesusahan

Mereka dapat terlepas daripada kesusahan. Bukan ertinya mereka tidak mendapat susah atau tidak ditimpa ujian tetapi selepas kesusahan dan ujian, mereka akan terselamat. Walaupun ada pelbagai rintangan dalam ujian itu, ia sementara waktu sahaja. Selepas itu Allah akan lepaskan dari ujian dan rintangan itu dengan menghadiahkan pelbagai macam nikmat pula. Ini jelas dalam firman Allah:

Maksudnya: "Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, Allah akan lepaskan dia dari masalah hidup." (At Thalaq: 2)

3. Rezeki

Di dunia lagi akan diberi rezeki yang tidak tahu dari mana sumber datangnya. Diberi rezeki yang tidak terduga dan dirancang. Ini jelas dalam sambungan ayat tadi:

Maksudnya: "Dan akan diberi rezeki sekira-kira tidak diketahui dari mana sumbernya." (At Thalaq: 3)

Inilah jaminan daripada Allah SWT bagi mereka yang bertaqwa. Sesiapa yang bertaqwa, rezekinya ada sekadar yang perlu. Makan minumnya yang perlu tetap ada walaupun dia tidak berusaha. Walaupun dia tidak ada kerja, tetap ada jaminan daripada Allah. Ini diakui sendiri oleh Imam Ghazali, mungkin ianya dari pengalaman beliau sendiri. Imam Ghazali pernah berkata: "Kalau sekalipun orang bertaqwa itu tidak ada kerja, keperluan-keperluan nya tetap diperolehinya."

Waktu makan akan diberi makanan. Jika patut dapat pakaian, akan diberi pakaian. Dia sendiri tidak tahu dari mana sumbernya kerana ianya bukan daripada usaha dan cariannya sendiri. Dia dapat rezeki bukan melalui sumber usahanya tetapi melalui sumber usaha orang lain. Kalau taqwanya secara jemaah, maka rezeki itu diberi secara berjemaah. Sekiranya taqwanya secara individu, maka secara individu jugalah pemberian Allah itu.

4. Kerja dipermudah

Kerja-kerja orang yang bertaqwa itu dipermudahkan Allah. Ini jelas Allah gambarkan di dalam sepotong ayat:

Maksudnya: "Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, dipermudahkan Allah segala urusannya." (At Thalaq: 4)

Allah memberi jaminan, kerja orang yang bertaqwa itu dipermudahkan. Mungkin juga di samping mudah, hasilnya banyak. Buat sedikit, hasilnya banyak. Jadi kalaulah kita buat kerja berhempas-pulas, di samping hempas-pulas banyak pula rintangan, kemudian hasilnya pula sedikit atau langsung tidak ada, itu menunjukkan kita belum mempunyai sifat taqwa hinggakan Allah tidak membantu.

5. Diberi berkat [barokah]

Dia diberi berkat daripada langit dan bumi. Berkat pada hartanya, pada kesihatan badannya, pada ilmunya, pada anak-anak dan zuriatnya, pada isterinya, pada suaminya, pada sahabat handai dan jiran, pada gurunya, berkat dakwahnya, berkat ajarannya, berkat pimpinannya dan sebagainya. Ini jelas sekali dalam ayat:

Maksudnya: "Jikalau penduduk sebuah kampung (atau sebuah negara) itu beriman dan bertaqwa, Tuhan akan bukakan berkat daripada langit dan bumi." (Al Aíraf: 96)

Berkat maknanya bertambah atau subur. Apabila dikatakan hidupnya berkat, maknanya hidupnya penuh dengan kemuliaan, ketenangan, kebahagiaan dan penuh dengan pahala. Hartanya berkat, harta yang tidak putus-putus dapat disalurkan kepada kebaikan dan berpahala walaupun dia bukan orang kaya. Ilmunya berkat, maknanya ilmu yang dimilikinya itu dapat diamalkan, bertambah dan dapat dimanfaatkan kepada kebaikan serta menambahkan pahala.

Badannya yang sihat yang dikatakan berkat itu adalah badan yang dapat digunakan untuk kebaikan. Dengan kesihatan badannya itu, digunakannya untuk jihad fisabilillah, untuk khidmat kepada masyarakat dan dapat menambahkan pahalanya. Masanya berkat ialah masa yang Allah untukkan padanya, dapat digunakan kepada kebaikan. Dia tidak buang masa percuma dengan perkara yang melalaikan. Umurnya berkat, mungkin umurnya bertambah. Kalaupun umurnya tidak bertambah, tetapi umur yang diberikan kepadanya itu akan menambahkan pahala. Rezekinya berkat yakni rezeki yang tidak putus-putus sekalipun tidak kaya, yang dapat digunakan untuk kebaikan dan dapat menambahkan pahala.

Berkat pada anak-anaknya atau zuriat ertinya, anak-anak dan cucu cicit berjaya menjadi anak-anak yang soleh, yang menjadi penyejuk mata hati. Berkat pada isterinya atau suaminya, iaitu isteri tersebut atau suami itu soleh dan solehah, yang dapat mengingat dan memimpinnya selamat di dunia dan di Akhirat. Berkat pada sahabat handai dan jiran, ertinya mendapat sahabat yang baik-baik dan ramai pula yang membantu perjuangannya untuk menegakkan kebenaran.

Berkat pada gurunya, iaitu dia mendapat guru yang soleh yang dapat memimpin dan memandunya selamat di dunia dan Akhirat.

6. Amalan diterima

Amal ibadah orang yang bertaqwa diterima oleh Allah. Kalau begitu amal ibadah orang [yg sekadar] Islam tidak diterima. Orang Islam [yg tidak bertaqwa] akan masuk Neraka dulu. Oleh yang demikian, hanya amal ibadah orang yang bertaqwa sahaja yang diterima oleh Allah.

Ini dijelaskan oleh Allah:

Maksudnya: "Sesungguhnya amal ibadah yang diterima Allah ialah dari orang yang bertaqwa." (Al Maidah: 27)

Maksudnya, Allah hanya menerima sembahyang orang yang bertaqwa. Allah tidak akan terima sembahyang orang yang sekadar Islam. Allah akan terima puasa orang bertaqwa. Allah akan terima perjuangan orang yang bertaqwa. Allah tidak akan terima perjuangan orang yg sekadar Islam sahaja tanpa taqwa. Allah akan terima haji orang yang bertaqwa. Allah tidak akan terima haji orang Islam yg tak bertaqwa. Begitulah seterusnya berdasarkan ayat di atas tadi.

7. Amalannya diperbaiki

Amalan orang yang bertaqwa itu sentiasa dibaiki oleh Allah.

Sentiasa diperkemaskan oleh Allah daripada masa ke semasa. Ini jelas Allah mengingatkan kepada kita:

Maksudnya:
"Wahai mereka yang beriman hendaklah kamu takut kepada Allah. Hendaklah kamu memperkatakan kata-kata yang teguh; nescaya Allah akan membaiki amalan-amalan kamu..." (Al Ahzab: 70-71)

Jadi orang-orang yang bertaqwa amalannya sentiasa dibaiki oleh Allah. Sembahyangnya sentiasa dibaiki Allah. Begitu juga puasanya, bacaan Qurannya, wiridnya dan perjuangannya sentiasa dibaiki. Apa sahaja bentuk kebaikan yang dibuatnya sentiasa dibaiki oleh Allah dari masa ke semasa. Itulah jaminan Allah.

8. Dosa diampunkan

Dosanya diampunkan. Dalam ayat tadi juga ada sambungannya:

Maksudnya:
"Wahai mereka yang beriman, hendaklah kamu takut kepada Allah. Hendaklah kamu memperkatakan kata-kata yang teguh; nescaya Allah akan membaiki amalan-amalan kamu dan akan mengampun bagimu dosa-dosa kamu." (Al Ahzab: 70-71)

Ertinya dosa-dosa orang-orang yang bertaqwa ini akan diampunkan. Namun begitu orang Islam sekadarnya, dosanya tidak diampunkan oleh Allah. Sebab itu orang Islam itu akan masuk Neraka dulu dan barulah ke Syurga. Walíiyazubillah. Allahumma ajirna minan nar ( ).

Tegasnya, orang yang bertaqwa sahaja akan diampunkan dosanya oleh Allah SWT.

9. Dapat ilmu tanpa belajar

Diberi ilmu tanpa belajar. Yakni diberi ilmu terus jatuh pada hati. Memanglah ilmu yang jatuh kepada hati, tidak perlu proses belajar.

Kalau ilmu yang jatuh pada akal, ia perlu melalui proses belajar yakni membaca, mentelaah, kena berguru, kena bermuzakarah, kena berfikir dan merenung. Barulah akan dapat ilmu itu.

Sedangkan ilmu yang jatuh pada hati, tidak diketahui sumbernya, tidak perlu berfikir, mentelaah dan tanpa berguru. Ia terus terjatuh sahaja ke hati. Hati itu sebagai wadahnya. Jadi orang yang bertaqwa ini diberi ilmu tanpa belajar.

Ini jelas Allah  nyatakan dalam ayat Al Quran:

Maksudnya: "Bertaqwalah kepada Allah nescaya Allah akan mengajar kamu." (Al Baqarah: 282)

Dapat ilmu daripada Allah tanpa perantaraan guru, tanpa perantaraan belajar. Hal ini diperkuatkan oleh sabda Rasulullah SAW:

Maksudnya:

"Barangsiapa yang mengamalkan ilmu yang dia tahu, nanti dia akan dipusakakan ilmu yang dia tidak tahu." (Dikeluarkan oleh Abu Nuaim)

Apa sahaja ilmu yang dia tahu, diamalkan. Hasilnya nanti Allah akan beri ilmu tanpa dia belajar. Ramai orang-orang soleh dan ulama yang soleh diberi ilmu laduni. Itulah ilmu yang jatuh kepada hati yang juga dipanggil ilham.

Firman Allah Taala:
Maksudnya: "Dan Kami ajarkan dia ilmu yang datang dari dari sisi Kami." (Al Kahfi: 65 )

Ertinya orang yang bertaqwa itu akan diberi ilmu terus dari Allah tanpa wasilah guru. Agar tidak terkeliru, perlulah diingat bahawa orang yang hendak dapat ilmu laduni itu, dia mesti ada ilmu asas iaitu ilmu fardhu ain terlebih dahulu.

10. Terlepas dari tipu daya syaitan

Orang bertaqwa itu akan terlepas dari tipu daya syaitan. Dalam Al Quran ada disebutkan tentang hal ini.

Firman Allah:
Maksudnya: "Sesungguhnya orang yang bertaqwa apabila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahan mereka." (Al A'raf: 201)

11. Terlepas dari tipu daya musuh

Orang bertaqwa juga lepas daripada tipu daya musuh lahir sama ada orang kafir mahupun orang munafik.

Firman Allah:
Maksudnya: "Jika kamu bersabar dan bertaqwa, nescaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan." (Ali Imran: 120)

12. Terhindar dari Neraka

Orang bertaqwa terhindar daripada Neraka. Ertinya tentulah dia masuk Syurga sebab di Akhirat tidak ada tiga tempat. Kalau terlepas daripada Neraka, bermakna ke Syurgalah dia.

Firman Allah Taala:
Maksudnya: "Akan tetapi orang yang bertaqwa kepada Tuhannya, bagi mereka Syurga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya." (Ali Imran: 198)

Maksudnya: "Sesungguhnya orang yang bertaqwa itu berada dalam Syurga dan (di dalamnya mengalir) mata air. (Dikatakan kepada mereka): ëMasuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman." (Al Hijr: 45-46)

Maksudnya: "Itulah Syurga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertaqwa." (Maryam: 63)

Inilah di antara keuntungan-keuntung an atau bonus yang diperolehi oleh orang yang bertaqwa.

Kesemua itu tidak dapat dinilai dengan mata wang dunia kerana terlalu tinggi nilainya. Ia didapatkan hasil daripada membersihkan hati, mujahadah bersungguh-sungguh membuang sifat-sifat mazmumah dan menyuburkan sifat mahmudah serta mengamalkan syariat yang lahir dan batin.

Kalau di dunia ini kita berebut-rebut untuk dapatkan bonus yang tidak ada nilai di sisi Allah itu, mengapa kita tidak rebut bonus taqwa yang manfaatnya untuk dunia dan Akhirat? Kalau tidak mahu bonus itu, orang tak beraakal namanya.


( sumber )

Mengapa kita perlu bertaqwa

Mengapa kita perlu bertaqwa, memperkokoh dan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah; di antara alasannya ialah firman Allah dalam surat ali- Imran ayat 102:
Hai orang- orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan sebenar- benar takwa kepada-Nya dan jangan sampai kamu mati kecuali dalam keadaan muslim (berserah diri kepada Allah).
Kemudian terdapat dalam surat al- Hujurat ayat 13; Allah berfirman:
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.
Dari firman Allah tersebut, Allah menjelaskan perlunya bertaqwa itu yaitu dapat menjalani kehidupan dengan baik dan menjadi kunci utk mendapatkan keselamatan dan kebahagian hidup di dunia dan akhirat; kemudian takwa menjadi ukuran kemuliaan seseorang di sisi Allah dan menurut pandangan manusia.    ( sumber )

Sebab Manusia Perlu Bertaqwa

Junjungan kita Rasullulah S.A.W serta para nabi dan rasul adalah merupakan contoh terdekat yang mengamalkan ketaqwaan kepada Allah S.W.T secara berterusan. Terdapat banyak alasan kenapa Allah begitu menekankan soal ketaqwaan kepada setiap muslim. Antaranya kerana taqwa adalah penting dalam usaha merealisasikan konsep kehambaan terhadap Allah S.W.T.. Kepatutahan kita kepada Tuhan yang menguasai segalanya adalah penting,oleh itu kita diwajibkan patuh kepada-Nya. Selain itu, ia adalah penting untuk meneguhkan pegangan manusia dengan mentauhidkan Allah. Pegangan kita dalam usaha mentauhidkan Allah adalah agama Islam,jadi kita perlulah mengamalkan secara menyeluruh apa yang telah diperintahkan kepada kita.

Mengingatkan manusia agar menjauhi larangan Allah. Taqwa penting bagi mengelakkan kita dari terjebak dalam perkara yang berkaitan kejahatan dan maksiat. Sebab lain pula adalah untuk menyedarkan manusia supaya tidak menyalahgunakan nikmat Allah. Nikamt yang telah dikurniakan perlulah digunakan ke jalan kebaikan bukannya ke jalan kejahatan. Oleh itu,taqwa penting dalam mendidik diri kita supaya sentiasa mensyukuri segala nikmat yang telah dibagi oleh-Nya. Tambahan pula,manusia perlu bertaqwa bagi membolehkan manusia membuktikan keimanannya kepada Allah S.W.T. Ketaqwaan akan membawa terus kepada tahap keimanan yang menjadi asas sebagai muslim bertaqwa. Sebagai makhluk ciptaan Allah, kita perlulah sentiasa berusaha meningkatkan keimanan kepada-Nya. Selain itu, dengan adanya sifat taqwa dalam diri kita akan membolehkan manusia mudah untuk mendapat kejayaan hidup di dunia dan di akhirat. Sifat taqwa mengajar kita supaya sabar berusaha dalam mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi.

Ketaqwaan juga dapat mengajar manusia membezakan antara perkara yang baik dengan perkara buruk. Adanya taqwa dapat mendidik hati kita untuk menentukan sesuatu perkara dengan betul dan terbaik. Kita perlulah menggunakan akal dengan sebaiknya demi kebaikan diri sendiri. Taqwa juga mengajar manusia agar sentiasa bercakap benar. Percakapan yang benar dapat membentuk jati diri yang mulia. Berbicara benar akan disukai oleh Allah dan masyarakat sekeliling. Terdapat lagi sebab-sebab lain iaitu, supaya manusia terselamat dari tergolong orang fasik,supaya manusia makan dari hasil yang halal,dapat mewujudkan perasaan takut manusia terhadap hari kiamat,supaya manusia tidak mengikuti jejak orang kafir,selain itu supaya manusia menjaga maruah sesama muslim,mewujudkan nilai perpaduan dalam masyarakat dan supaya manusia tidak mendahului Allah dan Rasul dalam menetapkan sesuatu hukum.
( sumber )

Pengertian Taqwa

Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ketimur dan kebarat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang-orang yang beriman kepada Allâh, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab dan nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji ketika berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan masa perang. Maka mereka itulah orang-orang yang benar ( imannya ), dan mereka itulah orang-orang yang benar-benar bertaqwa
(QS al-Baqarah [2]: 177)