PENGERTIAN

Taqwa  dalam bahasa Arab berarti memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja. Adapun arti lain dari taqwa adalah:
1. Melaksanakan segala perintah Allah
2. Menjauhkan diri dari segala yang dilarang Allah (haram)
3. Ridho (menerima dan ikhlas) dengan hukum-hukum dan ketentuan Allah
Taqwa berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara. "memelihara diri dalam menjalani hidup sesuai tuntunan/petunjuk allah" Adapun dari asal bahasa arab quraish taqwa lebih dekat dengan kata waqa Waqa bermakna melindungi sesuatu, memelihara dan melindunginya dari berbagai hal yang membahayakan dan merugikan. Itulah maka, ketika seekor kuda melakukan langkahnya dengan sangat hati-hati, baik karena tidak adanya tapal kuda, atau karena adanya luka-luka atau adanya rasa sakit atau tanahnya yang sangat kasar, orang-orang Arab biasa mengatakan Waqal Farso Minul Hafa (Taj).
Dari kata waqa ini taqwa bisa di artikan berusaha memelihara dari ketentuan Allah dan melindungi diri dari dosa/larangan Allah. bisa juga diartikan berhati hati dalam menjalani hidup sesuai petunjuk Allah.
( sumber )

==================================================

Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ketimur dan kebarat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang-orang yang beriman kepada Allâh, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab dan nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji ketika berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan masa perang. Maka mereka itulah orang-orang yang benar ( imannya ), dan mereka itulah orang-orang yang benar-benar bertaqwa
(QS al-Baqarah [2]: 177)

===================================================

Suatu hari, seorang sahabat bertanya kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib k.w. tentang apa itu taqwa. Beliau menjelaskan bahwa taqwa itu adalah :
1. Takut (kepada Allah) yang diiringi rasa cinta, bukan takut karena adanya neraka.
2. Beramal dengan Alquran yaitu bagaimana Alquran menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari seorang manusia.
3. Redha dengan yang sedikit, ini berkaitan dengan rezeki. Bila mendapat rezeki yang banyak, siapa pun akan redha tapi bagaimana bila sedikit? Yang perlu disedari adalah bahawa rezeki tidak semata-mata yang berwujud uang atau materi.
4. Orang yg menyiapkan diri untuk “perjalanan panjang”, maksudnya adalah hidup sesudah mati.
Al- Hasan Al-Bashri menyatakan bahwa taqwa adalah takut dan menghindari apa yang diharamkan Allah, dan menunaikan apa-apa yang diwajibkan oleh Allah. Taqwa juga bererti kewaspadaan, menjaga benar-benar perintah dan menjauhi larangan.
Seorang sahabat Rasulullah SAW, Ubay bin Ka’ab pernah memberikan gambaran yang jelas tentang hakikat taqwa. Pada waktu itu, Umar bin Khaththab bertanya kepada Ubay tentang apa itu taqwa. Ubay balik bertanya : “Apakah Anda tidak pernah berjalan di tempat yang penuh duri?” Umar menjawab : “Ya.” Ubay bertanya lagi : “Lalu Anda berbuat apa?” Umar menjawab: “Saya sangat hati-hati dan bersungguh-sungguh menyelamatkan diri dari duri itu.” Ubay menimpali : “Itulah (contoh) taqwa.”
Menghadapi duri di jalanan saja sudah takut, apalagi menghadapi siksaan api neraka di akhirat kelak, seharusnya kita lebih takut lagi. Permasalahan yang dihadapi biasanya adalah “duri” semacam apakah yang dihindari oleh orang-orang bertaqwa itu dan sejauh manakah kita mampu untuk menghindari “duri” itu.
Syekh Abdul Qadir pernah memberikan nasihat :
Jadilah kamu bila bersama Allah tidak berhubungan dengan makhluk dan bila bersama dengan makhluk tidak bersama nafsu. Siapa saja yang tidak sedemikian rupa, maka tentu ia akan selalu diliputi syaitan dan segala urusannya melewati batas.”
Seseorang yang bertaqwa akan meninggalkan dosa-dosa, baik kecil maupun besar. Baginya dosa kecil dan dosa besar adalah sama-sama dosa. Ia tidak akan memandang remeh dosa-dosa kecil, kerana gunung yang besar tersusun dari batu-batu yang kecil (kerikil). Dosa yang kecil, jika dilakukan terus-menerus akan berubah menjadi dosa besar.
Tidak hanya hal-hal yang menyebabkan dosa saja yang ditinggalkan oleh orang-orang bertaqwa, hal-hal yang tidak menyebabkan dosa pun, jika itu meragukan, maka ditinggalkan pula dengan penuh keikhlasan.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah menyatakan bahwa orang bertaqwa adalah orang yang telah menjadikan tabir penjaga antara dirinya dan neraka. Pernyataan ulama besar salaf ini memiliki kandungan yang lebih spesifik lagi. Orang bertaqwa berarti dia telah mengetahui hal-hal apa saja yang menyebabkan Allah murka dan menghukumnya di neraka. Selain itu, ia juga harus mengetahui batasan-batasan (aturan-aturan) Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya.
Di sinilah peran penting dari perintah Rasul SAW untuk menuntut ilmu dari mulai lahir hingga liang lahad. Ketaqwaan sangat memerlukan landasan ilmu yang benar dan lurus, sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT sangat mencela kepada orang-orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan tentang batasan-batasan yang telah disampaikan kepada Rasul-Nya. Hal ini sejalan pula dengan firman Allah bahwa Alah akan meninggikan orang-orang berilmu beberapa darjat.
Dalam perjalanan meraih darjat taqwa diperlukan perjuangan yang sungguh-sungguh untuk melawan hawa nafsu, bisikan syaithaniyah yang sangat halus dan sering membuat manusia terpedaya. Sikap istiqamah dalam memegang ajaran Allah sangat diperlukan guna menghantarkan kita menuju darjat taqwa.
( sumber ) 

===================================================

Para ulama rahimahullah telah mejelaskan apa yang dimaksud dengan taqwa. Di antaranya, Imam Ar-Raghib Al-Asfahani mendenifisikan : “Taqwa yaitu menjaga jiwa dari perbuatan yang membuatnya berdosa, dan itu dengan meninggalkan apa yang dilarang, dan menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian yang dihalalkan” [Al-Mufradat Fi Gharibil Qur’an, hal 531]
Sedangkan Imam An-Nawawi mendenifisikan taqwa dengan “Menta’ati perintah dan laranganNya”. Maksudnya menjaga diri dari kemurkaan dan adzab Allah Subhanahu wa Ta’ala [Tahriru AlFazhil Tanbih, hal 322]. Hal itu sebagaimana didefinisikan oleh Imam Al-Jurjani “ Taqwa yaitu menjaga diri dari siksa Allah dengan menta’atiNya. Yakni menjaga diri dari pekerjaan yang mengakibatkan siksa, baik dengan melakukan perbuatan atau meninggalkannya” [Kitabut Ta’rifat, hl.68]
Karena itu siapa yang tidak menjaga dirinya dari perbuatan dosa, berarti dia bukanlah orang yang bertaqwa. Maka orang yang melihat dengan kedua matanya apa yang diharamkan Allah, atau mendengarkan dengan kedua telinganya apa yang dimurkai Allah, atau mengambil dengan kedua tangannya apa yang tidak diridhai Allah, atau berjalan ke tempat yang dikutuk Allah, berarti ia tidak menjaga dirinya dari dosa.
Jadi, orang yang membangkang perintah Allah serta melakukan apa yang dilarangNya, dia bukan termasuk orang-orang yang bertaqwa
Orang yang menceburkan diri kedalam maksiat sehingga ia pantas mendapat murka dan siksa dari Allah, maka ia telah mengelurakan dirinya dari barisan orang-orang yang bertaqwa.

===================================================

 Taqwa disebut di dalam Al-Quran mengandungi tiga makna :-

Pertama:
Takut kepada Allah s.w.t.

Firman Allah s.w.t bermaksud : "Dan kepada Akulah kamu semua takut (bertaqwa)".
(Surah Al-Baqarah:41)

Kedua:
Taat dan beribadah kepada Allah s.w.t

Firman Allah s.w.t bermaksud : "Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan berserah diri (muslim)". (Surah Al-Imran:102).

Erti taqwa dalam ayat di atas adalah : Taatlah dengan sebenar-benar keaatan.

Ketiga:
Mensucikan hati dari menderhaka dan dosa. Inilah makna yang banyak terdapat di dalam Al-Quran.

Mengikut para salafus salih, taqwa ditakrifkan dengan perlbagai erti:

Ali bin Abi Talib pernah ditanya: "Apakah taqwa itu?". Beliau menjawab : "Taqwa adalah takut kepada Allah Yang Maha Agung, mengamalkan wahyu, puas terhadap yang sedikit dan bersiap-siap untuk menghadapi hari kebangkitan".

Abu Darda' berkata : "Kesempurnaan taqwa, hendaklah seorang hamba takut kepada Allah s.w.t, meskipun kerana sesuatu perbuatan yang hanya sebesar biji sawi, dan dia meninggalkan sebahagian yang dilihatnya halal kerana khuatir hal itu haram, sehingga akhirnya menjadi penghalang antara dirinya dan hal yang haram".

Sesungguhnya Allah s.w.t telah menjelaskan kepada hambanya akan balasan yang akan diperolehinya terhadap seluruh perbuatannya.

Firman Allah s.w.t bermaksud : "Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrahpun, nescaya dia akan melihat (balasannya). Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrahpun, nescaya dia akan melihat (balasannya) pula" (Surah Az-Zalzalah:7-8).

Janganlah meremehkan sedikitpun kebaikan sehingga engkau mahu mengerjakannya dan janganlah meremehkan sedikit kejahatan sehingga engkau takut kepadaNya.

Muadz bin Jabal berkata : "Pada hari kiamat manusia akan ditahan di dalam satu tempat, lalu ada penyeru yang berseru :"Mana orang-orang yang bertaqwa?". Maka merekapun berdiri di sisi Allah s.w.t, tidak ada batas dan tabir antara Allah dengan mereka. Saya bertanya:"Siapakah orang-orang yang bertaqwa itu?". Beliau menjawab:"Orang-orang takut akan syirik Allah dan penyembahan terhadap berhala. Mereka memurnikan ibadah kepada Allah, lalu merekapun berjalan menuju syurga".

Abdullah bin Mas'ud berkata : "Bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, hendaklah Allah ditaati dan tidak diderhakai, diingat tidak dilupakan, disyukuri tidak diingkari".

Abdullah bin Abbas berkata : " Dengan sebenar-benar taqwa". Ertinya: Mereka berjihad fi sabilillah dengan sebenar-benar jihad, tidak peduli terhadap celaan orang yang suka mencela tentang Allah, menegakkan keadilan, meskipun terhadap diri sendiri, ayah dan anak-anaknya".

Umar bin Abdul Aziz berkata : "Taqwa kepada Allah s.w.t itu bukan dengan berpuasa di siang hari dan sembahyang pada malam hari, serta menyatukan diantara keduanya. Tetapi taqwa kepada Allah ialah meninggalkan apa yang diharamkan Allah s.w.t dan melaksanakan apa yang diwajibkanNya. Makan barangsiapa yang dianugerahkan kebaikan sesudah itu, maka itulah kebaikan yang disusuli dengan kebaikan".

Al-Hasan Al-Basri berkata : "Orang-orang yang bertaqwa adalah orang-orang yang takut kepada terhadap apa-apa yang diharamkan oleh Allah dan mengerjakan apa yang diwajibkan ke atas mereka".

Demikianlah sedikit sebanyak maksud Taqwa yang boleh kita berkongsi bersama. Oleh yang demikian, marilah sama-sama kita semua bertaqwa kepada Allah s.w.t. Moga2 kita semua menjadi insan yang mulia disisinya...Amin Ya Rabbal A'lamin... 

===================================================

Tidak ada komentar:

Posting Komentar